Ibu yang bekerja terkadang dihadapkan pada situasi sulit di mana mereka
harus tetap bisa menyeimbangkan antara pekerjaan dan anak. Wolipop
mewawancarai tiga ibu dengan profesi berbeda untuk mengetahui bagaimana
taktik para ibu yang bekerja bisa tetap mengurus anak meskipun
dihadapkan pada banyak urusan pekerjaan. Berikut cerita mereka.
Risti Virgianti, Ibu 2 AnakSudah
empat tahun ini Risti menjalani usahanya Brainue Strategic Visual yang
bergerak di bidang konsultan brand. Kini kesibukannya semakin bertambah
bukan hanya karena anaknya bertambah satu, tapi dia juga memutuskan
untuk mengambil gelar master di sebuah universitas swasta di Jakarta
Selatan. Waktunya sekarang bukan hanya dibagi untuk mengurus anak dan
suami serta bekerja, namun ditambah dengan kuliah, belajar dan
mengerjakan segala tugas-tugas dari dosen.
Kesibukan Risti sudah
dimulai di pagi hari. Dia rutin mengantarkan suaminya ke kantor.
Kemudian kembali ke rumah untuk sarapan bersama anak-anak sebelum
mengantarkan si sulung yang berusia 3,5 tahun ke sekolah. Wanita lulusan
jurusan Sosiologi, Universitas Indonesia itu memulai aktivitasnya di
kantor pada pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. Pada pukul 18.00 WIB, Risti
sudah harus ada di kampus untuk kuliah. Biasanya jika tidak ada tugas
kuliah pukul 21.30 WIB, dia sudah bisa pulang. Namun kalau ada diskusi
kelompok, kepulangannya bisa tertunda hingga pukul 00.00-01.00 dini
hari.
Kapan Risti menghabiskan waktu bersama anak-anak? Wanita 31
tahun ini cukup beruntung karena memiliki kantor yang sangat dekat
dengan rumah. Kantornya dan rumahnya bersebelahan sehingga dia bisa
mencuri-curi waktu untuk menghabiskan waktu bersama dua buah hatinya,
Arka dan Kinan. Selain itu, weekend dan pagi hari juga jadi waktu yang
selalu dimanfaatkannya untuk membangun quality time dengan anak. Untuk
mengurus anak ini, Risti juga berbagi tugas dengan suaminya, Erwin.
Karena Risti kembali sekolah, sang suami mau tidak mau harus ada di
rumah pada sore hari untuk menghabiskan waktu bersama dua buah hati
mereka.
Hal tersulit menjadi ibu bekerja diakui Risti adalah
ketika segala sesuatunya datang bersamaan. Misalnya di saat dia harus
ujian, anaknya jatuh sakit plus pekerjaan tengah sangat banyak. Untuk
menyiasati masalah tersebut dia biasanya memprioritaskan yang
konsekuensi terburuknya paling besar. "Untuk yang konsekuensi damagenya
paling sedikit, mundurin waktunya. Cari pihak yang paling bisa
dinegosiasikan," tuturnya.
Kasandra Putranto, Ibu 3 AnakKesehariannya,
Kasandra mengelola PT Kasandra & Associates, perusahaan yang
memberikan layanan konsultasi sejak tahun 1997. Selain itu, ia juga
menjadi dosen psikologi di Universitas Pancasila dan Al-Azhar. Tidak
cuma itu saja, Kasandra juga menjadi pimpinan organisasi Ikatan
Perempuan Profesional serta humas dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia.
Ia pun bergabung dalam Asosiasi Psikolog Forensik menempati posisi
pengembangan keilmuan dan profesi, yang terakhir sebagai penyanyi di
berbagai acara, kecuali pernikahan.
Kasandra mengaku agar
pekerjaan dan keluarganya tidak terlantar dia harus mempekerjakan banyak
asisten. "Gampang, punya asisten banyak, saya punya asisten di rumah
yang sudah kerja 15 sampai 16 tahun," ujar Kasandra saat berbincang
dengan wolipop beberapa waktu lalu di kediamannya, kawasan Cipete,
Jakarta Selatan.
Kasandra memiliki asisten rumah tangga yang
sudah terpercaya. Semua pekerjaan rumah ada yang mengurus. Saat di
kantor, ia juga memiliki orang kepercayaan untuk mengatur jadwal
pekerjaannya. Namun banyak asisten bukan berarti membuat Kasandra lepas
tangan dalam mengurus anak dan keluarga. Ia pun berusaha membagi waktu
bersama mereka.
"Saya suka bangun pagi dan nganterin anak-anak.
Saya mengajarkan anak-anak untuk mandiri, saya merasa penting bersama
mereka, seperti bikinin roti anak, nemenin anak, atau mandiin yang
kecil," tutur wanita lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
itu.
Saat pulang kerja, Kasandra sebisa mungkin menyempatkan
waktu untuk menengok ketiga kamar anaknya. Entah menemani belajar,
menonton film, bermain dengan putri bungsunya yang baru berumur 5 tahun,
atau sekadar menemani mereka tidur. Akhir pekan juga ia habiskan
bersama keluarga. "Sabtu, Minggu, kita sih leyeh-leyeh ya, tapi biasanya
kita sukanya wisata kuliner," cerita Kasandra.
Adisti, Ibu Satu AnakAdisti
(29 tahun) bekerja freelance sebagai line producer di sebuah rumah
produksi iklan. Meskipun freelance, jika ada pekerjaan yang harus
dilakukan, kesibukannya bisa sangat padat. Ibu satu anak ini
mencontohkan kalau sedang sangat hectic, dia bisa keluar rumah pada
pukul 08.00 WIB dan kembali pukul 01.00 dini hari. Kondisi hectic ini
untungnya tidak terjadi terus setiap hari. Keberadaan internet bisa
dimanfaatkan Adisti untuk bekerja dari rumah sehingga dia pun tetap
dapat menghabiskan waktu bersama anaknya yang kini duduk di bangku
playgroup.
Sejak putrinya kecil, Adisti sudah mengondisikan sang
anak untuk memahami pekerjaan ibunya. Anaknya pun tidak rewel meski
ditinggal sang ibu beberapa hari ke luar kota atau negeri. Hanya saja
jika sang ibu sudah kembali ke rumah, sang anak tidak akan mau lepas
darinya. Biasanya jadi akan sulit untuk 'melepaskan' ibunya untuk
bekerja lagi jika mereka sudah terlalu bersama. Kalau hal itu terjadi,
Adisti biasanya memberikan pengertian pada putrinya bahwa ibunya perlu
bekerja dan mencari uang untuk membayar sekolah dan keperluan lain.
"Aku
biasanya bilang, mesti kerja cari duit buat bayar sekolah, kita kan
juga mesti jalan2', dia langsung oke," tutur Adisti, yang dalam satu
bulan bisa mendapat hingga dua proyek syuting iklan.
Ada kalanya
si kecil yang baru berusia 4 tahun cranky dan rewel yang terkadang
membuat wanita lulusan Institut Kesenian Jakarta ini kesal. Jika sudah
begitu, ia biasanya mengajak sang putri bicara empat mata. Dia pun akan
meluangkan lebih banyak waktu untuk anak seperti antar-jemput sekolah,
menungguinya di sekolah sampai memberinya makan.
(eny/hst)
Redaksi:
redaksi[at]wolipop.com