JUAL BELI DAN LELANG KEPERAWAN : FENOMENA MENYEDIHKAN
Aktifitas perdagangan barang dan jasa sejak zaman bahuela ada yang berbasis pada kehidupan, namun tidak sedikit yang berbasis pada kematian. Di sisi lain maka barang dagangannya juga mengikuti, yakni ada yang memperdagangkan ( Jual Beli dan Lelang) kenikmatan atau sebaliknya memperjual-belikan dan melelang kesialan.
Keperawanan bisa berdiri pada dua kaki kenikmatan atau kesialan, penentunya adalah pada siapa hal tersebut terjadi? pada pemilik keperawanan atau pada sang penikmat keperawanan. Sejarah telah menorehkan tintanya bahwa selama menjanjikan sebuah kenikmatan maka akan selalu ada yang berjuang untuk meraihnya, tak peduli hal tersebut akan berdampak yang lain pada Manusia yang lainnya, dialah orang-orang yang menghitam hati nuraninya.
Beberapa tempo yang lalu dari hasil search Engine dengan keyword “menjual keperawanan” menunjukkan hasil sekitar 17,100 (0.28 detik), Sedangkan untuk keyword “jual beli keperawanan” menunjukkan hasil sekitar 5,250 (0.61 detik), Demikian juga untuk keyword “lelang keperawanan” menunjukkan hasil sekitar 13,000 (0.25 detik). Data rekam hasil pencarian tersebut menunjukkan betapa banyak peminat artikel online seputar Jual Beli dan Lelang Keperawanan.
Beberapa artikel yang nonggol dihalaman pertama search Enghine Google menunjukkan betapa banyak aktifitas Jual Beli dan Lelang Keperawanan dimuka bumi ini. Dengan beragam alasan juga dikemukakan pelakunya; untuk biaya pendidikan, untuk biaya berobat sakit orang tua, untuk keluar dari kemiskinan, dll. Beberapa cuplikan artikel tersebut akan disajikan berikut ini:
Di Selandia Baru, seorang mahasiswi melelang keperawanannya melalui blog (ineed.co.nz) dengan alasan demi menyelamatkan biaya kuliah. Lelang tersebut disambut manis sejumlah 1.200 orang penawar dan hasilnya adalah dimenangkan oleh seorang lelaki dengan penawar harga tertinggi yaitu 45.000 dollar Selandia Baru atau Kira-kira sekitar Rp 300 juta. Trafik blog khusus penawaran gadis ini lebih dari 30.000 orang.
Di Rumania, Alina Percea (18) mahasiswi sebuah universitas menjual keperawanannya secara online dengan alasan untuk membiayai kuliahnya. Gadis ini mengiklankan penawaran dirinya melalui blog gesext.de Jerman. Text tawaran dari Alina: “Saya Wanita Rumania bermata coklat, tidak merokok dan memiliki sertifikat dari ginekolog yang mengatakan saya perawan.” Harga yang dipatoknya adalah sebesar 50.000 euro, namun sampai pelelangan ditutup, penawaran hanya mampu mencapai harga 5000 Euro.
Di California USA, seorang gadis berusia 22 tahun, yang bernama Natalie Dylan (samaran), melelang keperawanannya seharga $3,8 juta. Sebuah harga yang tidak sedikit apabila dibandingkan dengan di Indonesia mungkin bisa membeli ribuan keperawanan gadis Indonesia. Harga keperawanan di indonesia harganya masih tergolong murah, dari berita online lainnya ada yang hanya sekitar 1-2 juta rupiah saja.
Di Hong Kong, seorang gadis nekat menjual keperawanan secara online. Tawaran ini menarik perhatian sejum 100 orang dan merekapun mengajukan penawaran harga. Harga penawaran tertinggi mencapai US$ 7800 atau sekitar Rp 73,5 juta. Dalam iklan diblog hkmensa.net, sang gadis mengaku putus asa sehingga menjual diri dengan harga penawaran minimum US$ 1300.
Di Spanyol, Raffaella Fico seorang gadis model mendadak terkenal karena telah melelang keperawanannya. Sosok Raffaella Fico pernah tampil di acara reality show Italian Big Brother dijamin keluarganya atas kebenaran keperawanan. Lelang mendapat respon dari kaum laki-laki bahkan seorang mengajukan tawaran tertinggi. 855 ribu pound atau sekitar Rp 15 miliar. Tadi tranksaksi tidak terjadi, berita terakhir Ronaldo yang baru saja bergabung dengan Real Madrid mengakuinya sebagai wanita yang dekat dengannya.
Di Equador, Evelyn Duenas, gadis berusia 28 tahun, menawarkan keperawanannya dengan penawaran terendah £ 13,000. Penawaran menjual keperawanannya dengan alasan untuk biaya berobat ibunya yang menderita Alzheimer. Namun penawaran gadis ini juga tidak sampai transaksi karena banyak pihak yang turun tangan untuk mencegahnya.
Beberapa cuplikan artikel diatas semakin memperkuat thesa bahwa Jual Beli dan Lelang Keperawanan sudah menjadi fenomena sosial dari masyarakat di segenab sisi muka bumi ini. Dan dapat diyakini bahwa proses yang dilakukan secara remang-remang, undercover, memakai jasa mafia, trafficking, dst. Dari gejalanya adalah nyata bahwa para korban aktifitas ini tidak sedikit jumlahnya. Hal ini semakin menegaskan bahwa hukum dagang telah melenggang santai dalam norma sosial yang ada, ”selama ada barang pastilah ada penawaran”.
0 komentar :
Posting Komentar
Pengunjung yang baik akan selalu meninggalkan komentar.