Kereta menjadi opsi transportasi favorit di
Indonesia dan aneka negara di Eropa. Para traveler yang pernah
bertualang di Indonesia dan Eropa pasti bisa membandingkan bedanya
traveling dengan kereta di 2 kawasan yang berbeda ini.
Ada
beberapa catatan penting saat detikTravel beberapa waktu silam menumpang
kereta di beberapa negara di Eropa mulai dari Jerman, Prancis, Belgia,
Belanda, Italia, Swiss, Austria, Denmark, dan Swedia. Naik kereta di
negara-negara Eropa dan Indonesia memang berbeda, baik dari segi konsep
maupun atmosfernya.
detikTravel, Kamis (20/12/2012) menghimpun 5
hal yang paling penting. Jika lain kali Anda hendak bertualang ke Eropa
dengan kereta, mohon diingat-ingat ya:
1. Ketepatan waktu
Eropa
sudah memulai perjalanan kereta sejak Revolusi Industri dan terus
berlangsung sampai sekarang. Satu hal yang menjadi standar kualitas
perjalanan kereta di berbagai negara di Eropa adalah ketepatan waktu.
Jangan coba-coba datang terlambat ke stasiun kereta saat traveling di
Eropa. Kereta datang dan pergi sesuai jamnya, teng!
Begitu pintu
kereta ditutup, jangan harap masinis akan membukakan pintu lagi untuk
Anda, karena mereka harus mengejar jadwal. Pengalaman detikTravel di
Duesseldorf, Jerman, pintu kereta peluru ICE ditutup tepat di depan
hidung seorang penumpang yang sedari tadi berlari-lari mengejar
keretanya. Apa daya, si penumpang ditinggal begitu saja.
2. Konektivitas
Eropa
sebenarnya adalah kumpulan negara-negara yang tidak terlalu besar.
Lambat laun, jaringan kereta api terhubung antar kota dan antar negara.
Konektivitas jaringan kereta di Eropa memudahkan traveler untuk
wara-wiri dengan kereta bahkan lintas negara. Traveler dari luar Eropa
sudah tidak diperiksa lagi paspornya, karena biasanya datang dengan visa
Schengen yang artinya bisa lintas negara Uni Eropa, kecuali saat naik
kereta ke Swiss.
Dari manapun di Eropa, Anda bisa membeli tiket
kemana saja, baik booking online, lewat mesin vending tiket atau membeli
langsung di loket. Namun siap-siap, pada prakteknya mungkin Anda akan
bergonta-ganti kereta untuk sampai ke kota tujuan. Verbindung, begitu
orang Jerman menyebut sistem koneksi kereta mereka. Begini
perbandingannya dengan Indonesia:
Jika ngin naik kereta dari
Bogor ke Yogyakarta, yang traveler lakukan adalah membeli tiket KRL
Bogor-Jakarta. Dari Stasiun Gambir Jakarta, Anda berganti kereta dan
membeli tiket kereta misalnya Taksaka Gambir-Yogyakarta. Di Eropa,
stasiun keberangkatan Anda sudah menjual tiket sampai ke kota tujuan
sekaligus.
Anda membayar sekalian, nanti pada tiket terlihat Anda
harus bergonta-ganti kereta berapa kali untuk sampai ke kota tujuan.
Pengalaman detikTravel, para traveler di Eropa biasanya memilih paling
banyak sampai 3 kali ganti kereta alias 3 kali verbindung. Lebih dari
itu, mereka juga lelah naik turun kereta.
3. Siapa duduk di mana
Di
Indonesia, penumpang duduk sesuai kelas dan nomor tiketnya. Untuk
kereta jarak jauh di Eropa, penumpang naik sesuai kelasnya, namun bisa
duduk dimana saja di dalam gerbong tersebut. Tapi traveler bisa memesan
nomor tempat duduk, dan terkadang dengan biaya tambahan, misalnya saja
di kereta peluru TGV atau ICE. Pengalaman detikTravel jika lampu nomor
tempat duduk menyala, itu artinya tempat duduk itu sudah dipesan
penumpang. Silakan duduk di tempat lain.
Untuk kereta komuter
antar kota, naik juga sesuai dengan kelasnya dan duduk dimana saja. Tapi
perhatikan, biasanya ada tempat duduk prioritas untuk ibu hamil atau
dengan anak kecil, manula, membawa anjing, pesepeda dan orang cacat.
Tempat duduk prioritas ini juga ada di kereta komuter dalam kota, dan
kereta bawah tanah.
4. Membeli tiket
Untuk
yang satu ini, Indonesia sudah setara dengan Eropa. Tiket kereta bisa
dibeli sejak H-90. Di Indonesia, tiket kereta bisa dibeli di minimarket,
travel agent, atau di stasiun. Di Eropa, tiket pesawat bisa dibeli
online seperti tiket pesawat, lewat mesin vending ticket atau di loket
stasiun.
Perbedaan yang lain di Eropa, tiket pada H-90 dijual
dengan harga promo. Harganya akan semakin mahal mendekati hari
keberangkatan. Di Indonesia tiket H-90 dijual dengan harga yang sama
dengan membeli pada hari H, bedanya masih kebagian tiket atau tidak.
Pengalaman detikTravel, tiket H-90 di Eropa biasanya menjadi incaran
para backpacker karena murah.
Saat pemeriksaan tiket, kondektur
kereta akan memindai barcode pada tiket. Jika tiket dibeli dengan kartu
kredit, bawalah kartu kredit itu dalam perjalanan Anda karena kondektur
juga akan menanyakannya.
5. Fasilitas
Untuk
fasilitas, Indonesia memang perlu belajar dengan Eropa. Kereta makan,
itu sih biasa. Kereta Eropa dilengkapi dengan bar. Sementara kereta
malam dilengkapi dengan gerbong tempat tidur. Toilet bersih ala toilet
pesawat, menjadi standar toilet kereta di Eropa.
Kereta peluru
Thalys Belgia dan TGV Prancis memiliki Wifi. Kereta peluru ICE Jerman
punya tempat bermain anak-anak. Ruang bordes biasanya punya rak-rak
untuk koper besar, kereta bayi dan barang-barang besar lainnya.
sumber:detik.com