Jakarta dan Surabaya Masuk Daftar Kota Termacet di Dunia
Para pemilik kendaraan roda empat di Jakarta dan Surabaya sudah seharusnya memulai perlindungan terhadap kerusakan di mesin mobil mereka. Ini disebabkan kendaraan di dua kota besar di Indonesia ini merupakan kota yang paling sering mengalami kondisi mengemudi berhenti-jalan selama perjalanan.
Kondisi mengemudi berhenti-jalan sendiri adalah kondisi dimana kendaraan melakukan berhenti dan kembali berjalan ketika mengemudi. Semakin sering mesin mengalami kondisi berhenti-jalan, akan semakin tinggi dampak keausan mikroskopik pada mesin.
Hal ini terungkap berdasarkan hasil riset terbaru dari lembaga penelitian independen, TomTom dan Castrol yang di publikasikan pada September 2013. Sementara Istanbul menempati kedudukan teratas dengan 31,200 stops, Rotterdam sendiri ada pada kedudukan terendah dengan 6,120 stops.
Jakarta menduduki posisi ke-tujuh dengan rata-rata 28,080 stops dan Surabaya menduduki posisi ke-10 dengan 24,630 stops per tahun.
Castrol yang memiliki produk Castrol MAGNATEC STOP-START telah mengidentifikasikan 3 tingkatan dari kondisi mengemudi berhenti-jalan – Hijau (kurang dari 8,000 berhenti-jalan per tahun) Jingga (8,000 atau lebih "berhenti-jalan" per tahun) dan Merah (lebih dari 18,000 "berhenti-jalan" per tahun).
Jingga dan merah memperingatkan pengemudi pada area yang mengalami tingkat berhenti-jalan yang besar dimana dapat menyebabkan keausan pada mesin mobil. Jakarta dan Surabaya keduanya jatuh pada zona merah yang menandakan bahwa para pengemudi harus segera mengambil tindakan untuk melindungi kendaraan mereka.
"Hasil riset ini membuktikan bahwa banyak pengemudi yang mengalami kondisi mengemudi berhenti-jalan pada kendaraannya. Faktanya bahkan jumlah berhenti-jalan per tahun jauh melebihi ekspektasi awal – hampir dua kali lipat pada beberapa kasus tertentu! Hal ini menggaris bawahi bahwa ada lebih banyak pengemudi di luar sana yang membutuhkan perlindungan terhadap keausan mesin khusus," kata Senior Development Technologist di Castrol Gareth Brachhi.
Kondisi mengemudi berhenti-jalan sendiri adalah kondisi dimana kendaraan melakukan berhenti dan kembali berjalan ketika mengemudi. Semakin sering mesin mengalami kondisi berhenti-jalan, akan semakin tinggi dampak keausan mikroskopik pada mesin.
Hal ini terungkap berdasarkan hasil riset terbaru dari lembaga penelitian independen, TomTom dan Castrol yang di publikasikan pada September 2013. Sementara Istanbul menempati kedudukan teratas dengan 31,200 stops, Rotterdam sendiri ada pada kedudukan terendah dengan 6,120 stops.
Jakarta menduduki posisi ke-tujuh dengan rata-rata 28,080 stops dan Surabaya menduduki posisi ke-10 dengan 24,630 stops per tahun.
Castrol yang memiliki produk Castrol MAGNATEC STOP-START telah mengidentifikasikan 3 tingkatan dari kondisi mengemudi berhenti-jalan – Hijau (kurang dari 8,000 berhenti-jalan per tahun) Jingga (8,000 atau lebih "berhenti-jalan" per tahun) dan Merah (lebih dari 18,000 "berhenti-jalan" per tahun).
Jingga dan merah memperingatkan pengemudi pada area yang mengalami tingkat berhenti-jalan yang besar dimana dapat menyebabkan keausan pada mesin mobil. Jakarta dan Surabaya keduanya jatuh pada zona merah yang menandakan bahwa para pengemudi harus segera mengambil tindakan untuk melindungi kendaraan mereka.
"Hasil riset ini membuktikan bahwa banyak pengemudi yang mengalami kondisi mengemudi berhenti-jalan pada kendaraannya. Faktanya bahkan jumlah berhenti-jalan per tahun jauh melebihi ekspektasi awal – hampir dua kali lipat pada beberapa kasus tertentu! Hal ini menggaris bawahi bahwa ada lebih banyak pengemudi di luar sana yang membutuhkan perlindungan terhadap keausan mesin khusus," kata Senior Development Technologist di Castrol Gareth Brachhi.
0 komentar :
Posting Komentar
Pengunjung yang baik akan selalu meninggalkan komentar.